Makanan Menurut Saya Aceh Singkil
Makanan Menurut Saya
Makanan Menurut Saya
Selama sesi dengan klien yang sudah lama menderita gangguan makan, sayamembicarakan bagaimana rasanya andai dia dapat merasa positif mengenai
dirinya sendiri. Saya terkejut dengan tanggapan yang dia berikan untuk saya.
Alih-alih melaporkan kemauan untuk merasa lebih baik mengenai dirinya
sendiri, klien ini menertawakan saya dan menjawab, "Harga diri menggelikan
untuk saya. Saya bercita-cita dapat menyingkirkan perilaku mengganggu dari
gangguan makan, namun saya tahu tersebut meminta terlalu tidak sedikit untuk
laksana diriku sendiri. " Pertemuan ini sama menariknya dengan yang
mengganggu. Dalam interaksi ini saya percaya saya memahami, dalam ukuran
kecil, apa yang mesti dialami oleh tidak sedikit wanita yang menderita
gangguan santap tentang diri mereka sendiri. Dan, saya lebih mengetahui
bahwa saat terapis, berpengalaman diet, dan pembantu lainnya bertemu dengan
wanita-wanita ini, bertahan hidup biasanya menjadi destinasi daripada
kebahagiaan atau perasaan harga diri. Interaksi ini sudah melambangkan untuk
saya kedustaan kelainan santap karena urusan tersebut secara tepat guna
menciptakan keputusasaan, kebencian diri, dan rasa malu pada wanita.
HUBUNGAN ANTARA ESTEEM DIRI DAN MAKAN GANGGUAN
Siapa juga yang bekerja dengan perempuan dengan gangguan santap mengakui
bahwa harga diri terhubung secara rumit, tetapi bagaimana dua-duanya
bersangkutan tidak sepenuhnya didefinisikan dengan baik. Tidak bisa
dihindari, masing-masing diskusi mengenai gangguan santap dan harga diri
mengarah pada pertanyaan mengenai ayam dan telur - yang didahulukan: harga
diri yang buruk yang menciptakan seseorang lebih rentan terhadap gangguan
santap atau gangguan santap yang menyebabkan malapetaka pada diri pribadi -
menghargai? Meskipun tidak terdapat jawaban simpel untuk pertanyaan ini, ada
riset substansial yang telah menginvestigasi hubungan antara harga diri dan
gangguan makan, dan menyerahkan wawasan yang menarik.
Dalam suatu tinjauan literatur, Ghaderi (2001) memutuskan bahwa harga diri
yang rendah, bareng dengan faktor-faktor lain, tidak melulu menempatkan
perempuan pada risiko yang lebih banyak untuk pengembangan gangguan santap
tetapi juga bermanfaat untuk menjaga gangguan makan. Sejumlah laporan
menyokong anggapan bahwa harga diri rendah sering hadir sebelum
berkembangnya kelainan makan, dan rendahnya harga diri merupakan hal risiko
yang signifikan guna bulimia dan anoreksia bahkan pada anak wanita usia
sekolah yang masih muda (Ghaderi, 2001).
Berdasarkan keterangan dari Robson (1989, laksana dalam Ghaderi, 2001),
harga diri ialah "rasa puas dan penerimaan diri yang didapatkan dari
evaluasi seseorang atas nilai, daya tarik, kompetensi, dan keterampilan
mereka sendiri guna memuaskan aspirasi mereka." Dengan pengertian ini, jelas
untuk menyaksikan bahwa harga diri tersebut beragam. Demikian pula,
pengembangan dan pemeliharaan gangguan santap sangat kompleks, tergolong
faktor-faktor laksana lingkungan keluarga, lingkungan budaya, riwayat diet,
kecenderungan genetik, riwayat pelecehan, umur dan masalah perkembangan,
lamanya masa-masa gangguan makan, faktor-faktor langsung seperti sokongan
sistem, hal emosional, dan hal spiritual, di mana harga diri melulu satu hal
dari tidak sedikit (Berrett, 2002). Namun, harga diri tampaknya menjadi hal
risiko utama yang bisa berkontribusi pada pengembangan hal risiko lain guna
gangguan makan. Sebagai contoh, tiga studi riset terpisah mengejar bahwa
pengembangan bulimia ditebak oleh kecenderungan perfeksionistik dan
ketidakpuasan tubuh hanya salah satu wanita yang mempunyai harga diri
rendah, sementara wanita dengan harga diri yang lebih tinggi tidak memiliki
hal risiko ini dan karenanya tidak mengembangkan bulimia (Vohs, Voelz,
Pettit, Bardone, Katz, Abramson, Heatherton, & Joiner, 2001; Vohs, Bardone,
Joiner, Abramson, & Heatherton, 1999; Joiner, Heatherton, Rudd, & Schmidt,
1997).
Pembentukan identitas ialah area konsentrasi ketika mendiskusikan gangguan
santap dan harga diri. Perhatian telah diserahkan pada hubungan orangtua-
anak dan bagaimana asa kesempurnaan orangtua bekerja untuk memberi batas
perkembangan otonomi anak, akibatnya membuat lingkungan di mana anak lebih
bergantung pada asa orangtua daripada pada keperluan dan keinginan pribadi
(Stein, 1996). Bruch (1982) menyampaikan bahwa saat anak-anak berjuang untuk
mengisi tuntutan orangtua yang tidak realistis, mereka tidak jarang
mengembangkan perasaan menjadi "tidak ada". Ketika anak-anak ini tumbuh
menjadi remaja, mereka dapat pulang menjadi gangguan santap sebagai teknik
mendefinisikan diri dan membina rasa kontrol diri (Stein, 1996).
INTERVENSI DIRI-ESTEEM
Sementara harga diri ialah faktor risiko yang signifikan guna gangguan
makan, satu kesebelasan peneliti mengejar ketidakpuasan tubuh menjadi
prediktor terkuat tunggal dari fenomena gangguan santap (Button, Sonug
Barke, Davies, & Thompson, 1996). Karena itu, dalam menargetkan
ketidakpuasan tubuh, terapis usahakan menyimak peningkatan harga diri,
penentu utama citra tubuh seseorang. Sebagai contoh, satu studi mengejar
bahwa menolong remaja dalam mengenali apa yang positif mengenai tubuh dan
penampilan jasmani mereka sedangkan pada ketika yang sama menambah rasa
kompetensi individu mereka menyebabkan tidak cukup internalisasi norma-norma
sosial kebiasaan yang mengidealisasikan ketipisan (Phelps, Dempsey, Sapia, &
Nelson, 1999).
Makanan Menurut Saya Aceh Singkil
Reviewed by A-san
on
November 26, 2019
Rating:
No comments